Mediaolahraga, Sleep tourism diprediksi akan menjadi tren pariwisata yang berkembang pesat pada tahun 2025. Tren ini muncul karena banyak orang yang mulai mengatasi stres dan meningkatkan kualitas tidur mereka. Sleep tourism mengajak pelancong untuk mengunjungi hotel-hotel yang menawarkan pengalaman tidur khusus. Tidur yang berkualitas adalah kebutuhan dasar yang esensial bagi kesehatan tubuh. Namun, banyak orang kesulitan mendapatkan tidur yang cukup karena berbagai gangguan, terutama stres berlebihan.
Stres menyebabkan gangguan tidur, dan kurang tidur justru memperburuk stres. Fenomena ini semakin umum di kalangan masyarakat dengan aktivitas yang padat. Sebagai solusi, banyak hotel mulai menerapkan konsep sleep tourism, yang mengutamakan kenyamanan tidur.
Setelah pandemi, kebutuhan tidur yang berkualitas semakin meningkat. Sleep tourism menawarkan paket-paket yang menciptakan suasana tenang dan mendukung tidur berkualitas. Menurut laporan ABC, harga paket ini bervariasi, mulai dari US$ 300 (sekitar Rp 4,7 juta) hingga US$ 2.500 (sekitar Rp 39 juta) per malam.
Hotel-hotel yang mengusung tren ini menyediakan teknologi tidur canggih dan perangkat untuk membantu tamu membentuk kebiasaan tidur yang lebih baik. Contoh inovasi sleep tourism adalah Hastens, produsen tempat tidur asal Swedia, yang membuka Sleep Spa Hotel pertama di Portugal. Selain itu, Four Seasons Resort Maui di Wailea juga menawarkan pengalaman tidur berkualitas.
Meskipun hotel-hotel ini tidak menawarkan produk kesehatan langsung, tren sleep tourism terus berkembang. Banyak hotel mengundang ahli medis untuk memberikan saran ilmiah dalam meningkatkan kualitas tidur. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan tidur yang berkualitas, sleep tourism siap menjadi salah satu tren wisata utama di masa depan.