Mediaolahraga, Jay Idzes, bek andalan Timnas Indonesia, membagikan cerita menarik tentang latar belakang keluarganya yang memiliki hubungan erat dengan Indonesia. Pemain berusia 24 tahun ini menjelaskan bahwa kakeknya lahir di Indonesia pada tahun 1939 dan sempat menjalani masa-masa sulit di bawah penjajahan Belanda dan Jepang.
Dalam wawancaranya di Podcast The Haye Way, Idzes memaparkan bahwa sang kakek mengalami berbagai tantangan hidup. “Kakek saya lahir pada 1939. Indonesia sempat diduduki oleh Jepang saat itu,” ungkap Idzes. Ia juga menyampaikan bahwa kakeknya baru saja meninggal sekitar satu bulan yang lalu, meninggalkan kenangan mendalam bagi keluarga.
Menjalani Hidup Sulit di Panti Asuhan
Idzes menjelaskan bahwa kehidupan sang kakek saat itu penuh perjuangan. Kakeknya harus tinggal selama 10 tahun di panti asuhan sebelum akhirnya memutuskan untuk pindah ke Belanda.
“Kakek tinggal 10 tahun di panti asuhan dan menceritakan banyak hal tentang masa-masa itu kepada saya,” ujar Idzes. Pengalaman tersebut menunjukkan betapa beratnya perjalanan hidup yang harus dijalani oleh kakeknya.
Kebanggaan Keluarga
Sebagai pemain yang kini menjadi kapten Timnas Indonesia, Idzes menyebut keluarganya merasa sangat bangga, terutama sang kakek.
“Kakek selalu bercerita bahwa saat muda di Indonesia, dia tidak memiliki uang, jadi dia memanjat tembok untuk menonton pertandingan sepak bola,” kenang Idzes.
Idzes juga menjelaskan asal-usul keluarganya. Kakeknya berasal dari Semarang, sedangkan neneknya lahir di Jakarta. “Nenek saya dari Jakarta dan kakek saya dari Semarang,” tuturnya.
Mewujudkan Harapan Sang Kakek
Dengan latar belakang yang penuh perjuangan, Idzes menjadikan cerita hidup kakeknya sebagai inspirasi. Identitas Indonesia yang melekat dalam dirinya mendorongnya untuk tampil maksimal demi Timnas Indonesia.
Jay Idzes tidak hanya membawa kebanggaan bagi keluarganya, tetapi juga menunjukkan arti dedikasi dan semangat kepada masyarakat Indonesia. Kisahnya membuktikan bahwa perjuangan di masa lalu dapat melahirkan pencapaian luar biasa di masa kini.