Performanya Merosot, Erling Haaland Kena Karma Komentar “Stay Humble” ke Mikel Arteta?

Erling Haaland
Erling Haaland

Erling Haaland sempat mencuri perhatian pada September lalu, bukan karena gol-golnya, tetapi karena komentar tajam yang ia lontarkan kepada manajer Arsenal, Mikel Arteta. Pada 22 September 2024, Man City menjamu Arsenal di Etihad Stadium dalam laga yang berakhir imbang 2-2.

Haaland membuka skor pada menit ke-9, namun Arsenal membalas melalui gol Riccardo Calafiori (22′) dan Gabriel Magalhães (45’+1). Menjelang akhir pertandingan, Man City hampir kalah, namun berhasil menyamakan kedudukan lewat gol John Stones di menit ke-98. Ketegangan tinggi di lapangan itu membuahkan momen ketika Haaland terlihat berkata kepada Arteta, “Stay humble” (tetap rendah hati).

Bacaan Lainnya

Namun, sejak saat itu, Erling Haaland seolah menjadi “korban” dari karma. Performa sang striker Norwegia menurun drastis, yang mengundang perhatian banyak pihak.

Performa Haaland Terjun Bebas

Komentar kepada Arteta tampaknya menjadi titik balik negatif bagi Haaland. Dalam 12 laga Premier League setelah insiden tersebut, ia hanya mampu mencetak tiga gol, sebuah penurunan tajam dari standar tingginya. Selain itu, Haaland hanya mencatatkan satu assist, menunjukkan kontribusi yang minim selain mencetak gol.

Rangkaian hasil buruk Haaland turut mempengaruhi performa tim secara keseluruhan. Man City tercatat mengalami enam kekalahan dalam 12 pertandingan terakhir, menjauhkan mereka dari perburuan gelar Premier League yang semakin ketat.

Man City Tersungkur di Klasemen

Saat ini, Man City berada di peringkat keenam klasemen, tertinggal enam poin dari Arsenal, dan sembilan poin di belakang Liverpool, pemuncak klasemen sementara yang masih menyisakan dua pertandingan. Performa yang jauh dari harapan ini jelas menjadi ironi bagi tim yang dikenal sebagai dominator Premier League dalam beberapa tahun terakhir.

Komentar Haaland kepada Arteta, yang terjadi di tengah ketegangan saat Man City hampir kalah, kini semakin terasa seperti boomerang. Apa yang sebelumnya terlihat sebagai ungkapan penuh kepercayaan diri, kini seolah menjadi simbol penurunan performa individu dan tim.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *