Mediaolahraga, Musim ini, Manchester City menghadapi tantangan besar sebagai juara bertahan Premier League. Penurunan performa yang signifikan membuat banyak pihak mempertanyakan konsistensi tim ini. Setelah kalah enam kali dalam delapan laga terakhir liga, City kini hanya menduduki posisi ketujuh, jauh dari harapan untuk mempertahankan gelar.
Dengan prediksi perolehan hanya 60 poin jika performa buruk terus berlanjut, Man City bisa mencatatkan salah satu penurunan poin terbesar dalam sejarah juara bertahan. Lantas, bagaimana posisi Man City dibandingkan dengan lima juara bertahan terburuk lainnya? Berikut adalah tim-tim yang mengalami penurunan paling buruk setelah menjadi juara.
5. Manchester United – 2013/2014
Setelah Sir Alex Ferguson pensiun dengan gelar Premier League terakhir sebagai hadiah perpisahan, Manchester United berada dalam kondisi sulit. Meski Robin van Persie tampil gemilang, tim mulai menunjukkan tanda-tanda penurunan. David Moyes yang menggantikan Ferguson gagal memberikan inspirasi, dan United terpuruk di posisi ketujuh—terburuk dalam era Premier League saat itu. Mereka bahkan mencatatkan poin lebih buruk pada musim 2021/2022 (58 poin) dan 2023/2024 (peringkat kedelapan).
4. Blackburn Rovers – 1995/1996
Setelah meraih gelar juara Premier League pada 1995, Blackburn Rovers mengalami penurunan tajam. Kenny Dalglish, yang sukses membawa tim juara, mundur, dan Ray Harford gagal mempertahankan standar yang sama. Mereka kalah dalam empat dari enam laga pembuka, dan meski Alan Shearer tetap tampil impresif dengan 31 gol, tim ini terpuruk di peringkat ketujuh. Musim itu menjadi penurunan drastis bagi Blackburn yang hanya setahun sebelumnya meraih juara.
3. Leeds United – 1992/1993
Leeds United, yang menjadi juara liga sebelum era Premier League pada 1992, mengalami penurunan hebat di musim berikutnya. Kepergian Eric Cantona, yang mencetak hat-trick di Charity Shield dan kemudian bergabung dengan Manchester United, menjadi salah satu faktor utama. Leeds kesulitan beradaptasi dengan peraturan backpass baru dan gagal meraih kemenangan tandang sepanjang musim, hanya finis di peringkat ke-17—dua poin di atas zona degradasi.
2. Chelsea – 2015/2016
Chelsea mengawali musim ini dengan penuh masalah, serupa dengan situasi yang kini dialami Manchester City. Musim buruk dimulai dengan rentetan kekalahan, dan Jose Mourinho dipecat setelah kalah melawan Leicester City, dengan Chelsea terperosok di peringkat ke-16. Guus Hiddink kemudian datang sebagai pelatih sementara dan membawa Chelsea finis di posisi ke-10. Meski demikian, musim ini tetap menjadi penurunan terburuk dari juara bertahan dalam sejarah Premier League.
1. Leicester City – 2016/2017
Leicester City membuat sejarah besar dengan meraih gelar Premier League pada 2015-16, namun musim berikutnya membawa penurunan drastis. Kehilangan N’Golo Kante yang bergabung dengan Chelsea sangat berdampak pada performa tim. Meski sempat mencapai perempat final Liga Champions, Leicester tampil buruk di liga domestik, dan Claudio Ranieri dipecat. Craig Shakespeare berhasil membawa Leicester finis di posisi ke-12, namun penurunan 37 poin mereka menjadi yang terburuk oleh juara bertahan dalam sejarah Premier League.
Manchester City kini berada di jalur yang mirip dengan tim-tim tersebut. Jika penurunan performa mereka berlanjut, mereka berpotensi mencatatkan penurunan poin yang serupa, dan menjadi bagian dari sejarah Premier League yang tak diinginkan.