Mediaolahraga, Pajak sudah lama menjadi bagian dari kehidupan masyarakat. Namun, di tengah keluhan rakyat tentang tingginya beban pajak, hanya sedikit yang tahu siapa pencetus konsep pajak. Pajak, yang kini sering dianggap membebani rakyat, ternyata memiliki sejarah panjang yang berawal ribuan tahun lalu dan melibatkan peradaban besar.
Pajak Bermula dari Mesir Kuno hingga Kekaisaran Romawi
Peradaban Mesir Kuno mulai menerapkan pajak sekitar tahun 3000 SM. Pada masa itu, para firaun memerintahkan rakyat untuk membayar pajak berupa gandum dan ternak. Pajak juga berkembang di Kekaisaran Romawi, yang menerapkan pajak kekayaan (tributum) dan pajak impor (vectigal). Romawi berhasil menciptakan sistem pajak yang lebih tertata, dan konsep ini akhirnya menyebar ke berbagai penjuru dunia.
Jean-Baptiste Colbert: Sosok di Balik Pajak Modern
Meskipun banyak peradaban sudah mengenal pajak, Jean-Baptiste Colbert berperan besar dalam membentuk sistem pajak modern. Colbert, Menteri Keuangan Prancis pada abad ke-17, memperkenalkan berbagai jenis pajak untuk mendanai pemerintahan Raja Louis XIV. Ia terkenal dengan prinsipnya yang menyatakan:
“Kesenian memungut pajak adalah memetik bulu angsa sebanyak mungkin tanpa membuatnya berteriak.”
Colbert memastikan setiap orang, tanpa memandang status sosial, membayar pajak. Sistem ini kemudian diadopsi oleh negara-negara Eropa lainnya dan menjadi dasar bagi sistem pajak di banyak negara modern, termasuk Indonesia.
Pajak dan Keluhan Masyarakat
Di Indonesia, pemerintah terus menambah jenis pajak seperti pajak digital, pajak kendaraan bermotor, dan pajak penghasilan. Kondisi ini memicu keluhan dari banyak masyarakat.
“Kami pedagang kecil makin terjepit. Setiap tahun ada saja pajak baru yang membuat hidup makin berat,” ujar Rina, seorang pedagang di Jakarta.
Di sisi lain, pemerintah berdalih bahwa pajak menjadi sumber utama untuk membangun infrastruktur dan meningkatkan pelayanan publik. “Kami menggunakan pajak untuk memastikan pembangunan berjalan dan masyarakat mendapatkan fasilitas yang memadai,” kata seorang pejabat dari Direktorat Jenderal Pajak.
Akankah Pemerintah Mendengar Jeritan Rakyat?
Pajak memang berperan penting dalam pembangunan, tetapi penerapannya sering kali menimbulkan protes. Pemerintah harus bijak dalam menyeimbangkan kebutuhan negara dengan kesejahteraan rakyat.
Jika kebijakan pajak terus menambah beban, rakyat akan semakin keras menyuarakan protes. Akankah pemerintah merespons keluhan ini dan memperbaiki sistem pajak agar lebih adil? Atau justru keluhan ini akan semakin memuncak? Rakyat hanya bisa berharap perubahan segera terjadi.