Mediaolahraga, Dejan Antonic, sosok yang tak asing di dunia sepak bola Indonesia, menjadi salah satu pemain yang mewarnai Liga Indonesia sejak pertengahan 1990-an. Lahir di Belgrade pada 22 Januari 1969, Antonic datang dari generasi emas sepak bola Yugoslavia yang melahirkan bintang-bintang besar seperti Davor Šuker dan Zvonimir Boban. Meskipun berkarier di Eropa, ia memilih Indonesia sebagai rumah kedua dalam perjalanannya di dunia sepak bola.
Perjalanan Karier yang Berbeda
Antonic memulai karier sepak bolanya di klub besar Serbia, Red Star Belgrade, pada tahun 1989. Ia kemudian melanjutkan karier di Liga Belgia bersama Beveren, sebelum kembali ke Yugoslavia. Namun, situasi perang yang melanda negara asalnya memaksanya untuk mencari peluang di luar negeri. Pada tahun 1996, Antonic memutuskan untuk bergabung dengan Persebaya Surabaya, mengawali perjalanan panjangnya di Liga Indonesia.
“1996 saya tiba di Surabaya dari Serbia, situasi negara saya ada banyak masalah seperti perang. Sebelum ke Indonesia saya main di Belgia, tapi ada politik yang jadi masalah buat pemain untuk keluar,” ujar Antonic mengenang perjalanan awalnya. Ia pun menjelaskan bahwa temannya yang memiliki koneksi dengan agen sepak bola terkenal, Dejan Savićević, membantunya untuk bergabung dengan Persebaya.
Kenangan Bersama Persebaya
Bergabung dengan Persebaya menjadi awal dari kisah manis Antonic di Indonesia. Ia terkesan dengan sambutan hangat dari para pemain dan staf. “Tim yang bagus sekali, semua welcome. Banyak pemain Timnas Indonesia di sana seperti Bejo Sugiantoro, Anang Maruf, Aji Santoso. Saya lihat kualitas dari para pemain lokal tidak jauh berbeda dari Eropa,” kenangnya.
Meski dihadapkan dengan perbedaan besar dalam kondisi latihan dan fasilitas, Antonic tidak menyerah. Ia beradaptasi dengan kerasnya latihan pagi dan kualitas lapangan yang berbeda dengan Eropa. Namun, hal itu tidak mengurangi kecintaannya terhadap sepak bola Indonesia.
Tantangan dalam Kepelatihan
Setelah pensiun sebagai pemain, Antonic beralih ke dunia kepelatihan. Ia pertama kali menangani Kitchee di Liga Hong Kong sebelum kembali ke Indonesia untuk melatih beberapa klub besar, seperti Arema Indonesia, Pro Duta, Pelita Bandung Raya, Persib Bandung, Borneo FC, Madura United, PSS Sleman, hingga Barito Putera.
Antonic juga menyadari adanya perbedaan besar antara sepak bola Indonesia dan Eropa, khususnya dalam pengembangan pemain muda. Menurutnya, sepak bola Eropa lebih fokus pada pembentukan pemain yang profesional, sementara di Indonesia terdapat tantangan besar terkait tekanan yang datang dari luar. Namun, ia juga melihat sisi positif dari sepak bola Indonesia, seperti gaya bermain yang agresif dan cepat, yang sangat relevan dengan sepak bola modern.
Kembali ke Rumah
Lebih dari sekadar karier sepak bola, Indonesia telah menjadi rumah bagi Dejan Antonic. Ia menemukan kebahagiaan, teman-teman sejati, dan bahkan istri yang berasal dari Indonesia. “Saya senang di Indonesia karena seperti rumah sendiri di Serbia. Saya selalu dapat hal positif selama di Indonesia, banyak teman-teman. Dapat istri juga orang Indonesia. Luar biasa,” ungkapnya.
Perjalanan Antonic di dunia sepak bola, yang dimulai dari Red Star Belgrade hingga menjadi bagian dari sejarah Liga Indonesia, menggambarkan bagaimana olahraga ini dapat menyatukan budaya dan menciptakan ikatan yang lebih kuat antar negara.